KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kepemimpinan dan
Kerjasama Tim dalam Organisasi”. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Dasar-dasar Manajemen Sekolah
Tinggi Agama Islam Grobogan.
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Jeketro, Oktober 2013
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan
B.
Kepemimpinan Versi Manajemen dalam Organisasi
C. Gaya
Kepemimpinan
D. Kerjasama
Tim dalam Manajemen
Konflik
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Dalam suatu
organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara
intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu
dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi
dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan sumber seperti
perlengkapan, metode kerja, bahan baku, dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan
mengarahkan sumber daya ini disebut dengan manajemen. Sedangkan inti
dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership) (Siagian, 1980).
Upaya
membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi
keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal
menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan
pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan
untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut
meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam
kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi
perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses
persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi
antar konsep kepemimpinan kekuasaan politik dalam organisasi kemampuan memahami
genealogi konflik dan negosiasinya,
serta kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
Upaya
membangun keterampilan personal tersebut selaras dengan perkembangan kajian
Organizational Studies (Teori Organisasi, Perilaku Organisasi, Manajemen SDM,
dan Kepemimpinan), yang menemukan kontekstualisasinya dalam semangat pendekatan
human relations. Organisasi birokrasi publik pun idealnya tidak terlepas dari
arah perkembangan ini. Dalam hal ini, paradigma organisasi birokratik-weberian
yang berkarakter (terlalu) impersonal dan dingin, mendapatkan tantangan serius
dari paradigma post-birokrasi yang lebih humanis
Kreativitas
penting bagi pengambil keputusan, hal ini memungkinkan pengambil keputusan untuk
lebih sepenuhnya menghargai dan memahami masalah, termasuk melihat
masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain, namum kenyataannya banyak
pemimpin dalam pengambilan keputusan tidak memperhatikan perilaku pemimpin yang
baik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan
dengan baik, antara lain:
1. Yang
menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau
penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang
bersangkutan
2. Efektivitas
kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
3. Efektivitas
kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku
seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan
perkembangan
5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi
dapat tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan
bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah kali ini penulis akan membahas masalah :
1.
Bagaimana
pengertian kepemimpinan?
2.
Bagaimana
kepemimpinan versi manajemen?
3.
Bagaimana
gaya kepemimpinan?
4.
Bagaimana
kerja sama tim dalam manajemen konflik?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian
Kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Kepemimpinan
Versi Manajemen
3. Untuk mengetahui Gaya
Kepemimpinan
4. Untuk mengetahui kerjasama tim
dalam manajemen konflik
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah
adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan
adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai
pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk
berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif
ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk
mau melakukan apa yang diinginkan pihak
lainnya. .”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain
their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to
accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan,
kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas –
Field Manual 22-100.
Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai
kepemimpinan, dan diantaranya memiliki beberapa unsur yang sama.
Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), istilah ini dapat didefinisikan
sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para
anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan
manfaat individu dan organisasi.
Sedangkan menurut Anderson (1988), “leadership means using power to
influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high
performance”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa
implikasi, antara lain :
1. Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau
pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau
bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun
demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, tidak akan ada pimpinan.
2. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang
yang dengan kekuasaannya (his or her power) mampu menggugah pengikutnya untuk
mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
3. Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap
diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion),
pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan
(commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan
kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun
organisasi.
Beberapa
peran/fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi
Perencanaan
Seorang
pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi
diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
Manfaat –
manfaat tersebut antara lain:
a. Perencanaan
merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan untuk memutuskan
apa yang akan dilakukan
b. Perencanaan
berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan yang berdasarkan
atas fakta – fakta yang diketahui
c. Perencanaan
berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan
dan tujuan atau target yang akan dicapai.
Perencanaan
meliputi dua hal, yaitu:
a. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan
dalam jangka pendek, pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus
menerus.
b. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk
menentukan kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan
penentukan prosedur – prosedur yang diperlukan.
Setiap
rencana yang baik akan berisi:
a. Maksud dan
tujuan yang tetap dan dapat dipahami.
c. Cara dan
prosedur untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Fungsi
memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa
memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta
selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya
proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangsung terus menerus tanpa
mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin
harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun di luar
organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang
kecil maupun yang besar.
3. Fungsi
pengembangan loyalitas
Pengembangan
kesetiaan ini tidak saja di antara pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin
tingkat rendah dan menengah dalam organisasi. Untuk mencapai kesetiaan ini,
seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran,
kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak
buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari
loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi
Pengawasan
Fungsi
pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan
pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat
segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali
berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana .
5. Fungsi
mengambil keputusan
Pengambilan
keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab
itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan
ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan,
komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
6. Fungsi
memberi motivasi
Seorang pemimpin
perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus
dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja
dan menunjukan prestasi yang baik
terhadap organisasi yang
dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, pujian atau
ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa
hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.
Di lain
pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak
buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga
merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang
setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi fungsi ini sebaik-
baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan
baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang
telah diberikan kepada mereka.
Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik,
antara lain:
1. Yang menjadi
dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau
penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang
bersangkutan
2. Efektivitas kepemimpinan
tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
3. Efektivitas
kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku
seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan
perkembangan
5. Kehidupan
organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau
menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.
B. Kepemimpinan Versi Manajemen Dalam Organisasi
Manajemen dalam bahasa inggris berarti mengelola atau mengatur. Dalam
fattah (2006: 1), manajemen diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi.
Manajemen sebagai ilmu merupakan bidang pengetahuan yang secara sistematik
berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Manajemen sebagai
kiat seperti pernyataan Follet merupakan hal yang dapat mencapai sasaran
melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Manajemen
sebagai profesi menjelaskan adanya
landasan keahlian khusus untuk mencapai satu prestasi manajer dan para
profesional dengan dituntun oleh sebuah kode etik.
Manajemen merupakan satu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen sebagai sistem memiliki fungsi-fungsi pokok
yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengawasan (controlling).
Menurut Hikmat (2009; 11), manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber
lainnya dalam satu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan orang
yang memimpin disebut manager.
Perbedaan
kepemimpinan dengan manajer
Manager
|
Kepemimpinan
|
1.
Building and maintaining an
organizational structure (membangun dan mengembangkan struktur organisasi
|
Building and maintaining na organizational culture
(membangun dan mengembangkan kultur organisasi)
|
2.
Path- following (merujuk pada
alur kepengikutan)
|
Path-finding
(merujuk pada alur pertemuan)
|
3.
Doing
thing right (mengerjakan sesuatu yang benar
|
Doing The
right thing (mengerjakan sesuatu dengan benar
|
4.
The
manager maintains, relies, and Control (mengedepankan pemeliharaan dan
pengendalian)
|
The leader
develops, inpires Trust (mengembangkan dan menginspirasi kepercayaan)
|
5.
A
preoccupation with the here-and-now of goal attainment (beranjak dengan “disini dan sekarang”
dari percapaian tujuan)
|
Focused on creation of a vision about a desired
future state (berfokus pada upaya mengkreasi tentang masa depan yang
diinginkan)
|
6.
Managers maintain a low level of
emotional involvement (memelihara level rendah keterlibatan emosional)
|
Leaders have emphaty with other people and give
attention to what event and action means (mempunyai empati terhadap orang
lain dan memberi perhatian pada setiap peristiwa dan makna tindakan
|
7.
Designing and carry out plant, getting
things done, working effectively with people (mendesain dan membawa rencana,
mendorong tindakan, dan bekerja efektif dengan orang)
|
Establishing a mission, giving a sense of direction
(memantapkan misi dan membangkitkan rasa untuk mencapai arah tertentu
|
8.
Being taught by the organization
(mengembangkan fikiran dari organisasi)
|
Learning from the organization (belajar dari
organisasi)
|
Sumber : Stoner, Freeman, Gilbert dalam Danim (2008; 4-5)
C. Gaya Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola
tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh
bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, dapat
diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini :
1) Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made”
(pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori
ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang
bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai
takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau
determinitis.
2) Teori sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi,
maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial
ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau
dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori
genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa
setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman
yang cukup.
3) Teori Ekologis
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran,
maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori
ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa
seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah
memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui
pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan
lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori
terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati
kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan
untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya
sosok pemimpin yang baik.
Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang
timbulnya gaya kepemimpinan tersebut,. Dalam suatu organisasi, bawahan
mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang
pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang
pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
D. Kerjasama Tim Dalam Manajemen Konflik
Manajemen konflik adalah situasi yang terjadi ketika ada pendapat-pendapat atau
perbedaan cara pandang beberapa orang, kelompok atau organisasi. Manajemen
konflik merupakan aksi reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam satu
konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi
pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku)
dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan
(interests) dan interpretasi.
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik meruoakan
langkah-langkah ayan diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka
mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin dan mungkin
atau tidak mungkin menghasilakn ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat,
atau agresif.
Menurut Kreitner dan Kinicki (1995) dalam mengelola konflik ada 5
gaya antara lain :
a)
Integrating
(Problem Solving)
Dalam gaya ini
pihak-pihak yang berkepentingan secara bersama-sama mengidentifikasikan masalah
yang dihadapi, kemudian mencari, mempertimbangkan dan memilih solusi alternatif
pemecahan maslah. Gaya ini cocok untuk memecahkan isu-isu kompleks yang
disebabkan oleh salah faham (misunderstanding), tetapi tidak sesuai untuk
memecahkan masalah yang terjadi karena sistem nilai yang berbeda. Kelemahan
utamanya adalah memerlukan waktu yang lama dalam penyelesaian masalah.
b)
Obliging
(Smoothing)
Seseorag yang
bergaya obliging lebih memusatkan
perhatian pada upaya untuk memuaskan pihak lain daripada diri sendiri. Gaya ini
sering pula disebut smoothing (melicinkan), karena berupaya mengurangi
perbedaan-perbedaan dan menekankan pada persamaan atau kebersamaan di antara
pihak-pihak yang terlibat. Kekuatan strategi ini terletak pada upaya untuk
mendorong terjadinya kerja sama. Kelemahannya, penyelesaian bersifat sementara
dan tidak menyentuh masalah pokok yang ingin dipecahkan.
c)
Dominating
(Forcing)
Orientasi pada
diri sendiri yang tinggi, dan rendahnya kepedulian terhadap kepentingan orang
lain, medorong seseorang untuk menggunakan taktik “saya menang, kamu kalah”.
Gaya ini sering disebut memaksa (forcing) karena menggunakan legalitas formal
dalam menyelesaikan masalah.
d)
Avoiding
Taktik
menghindar (avoiding) cocok digunakan
untuk menyelesaikan masa;ah yang sepele atau remeh, atau jika biaya yang harus
dikeluarkan untuk konfrontasi jauh lebih besar daripada keuntungan yang akan
diperoleh. Gaya ini cocok untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sulit atau
“buruk”. Kekuatan dari strategi ini adalah jika kita menghadapi situasi yang
membingungkan atau mendua (ambiguous situations), sedangkan kelemahannya ,
penyelesaian masalah hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan masalah
pokok.
e)
Compromising
Gaya ini
menempatkan seseorang pada posisi moderat, yang secara seimbang memadukan
antara kepentingan sendiri dan
kepentingan orang lain. Ini merupakan pendekatan saling memberi dan menerima
(give-and-take-approach) dari pihakpihak yang terlibat. Kompromi cocok untuk
menangani masalah yang melibatkan pihak-pihak yang memiliki tujuan yang berbeda
tapi memiliki kekuatan yang sama. Misalnya, dalam negosiasi kontrak antara
buruh dan majikan. Kekuatan utama dari kompromi adalah pada prosesnya yang
demokratis dan tidak ada pihak yang merasa dikalahkan. Tetapi penyelesaian
konflik kadang bersifat sementara dan mencegah munculnya kreativitas dalam
penyelesaian masalah.
BAB III
PENUTUP
- Simpulan
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam
mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila
dia mempunyai pengikut atau bawahan.Bawahan pemimpin ini dapat disuruh untuk
mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Semakin tinggi kedudukan seorang
pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir
secara konsopsional strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang
dalam organisasi maka ia akan
semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialis.
semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialis.
- Saran
Kepemimpinan
yang baik tidak harus terpaku pada apa yang sudah ditentukan, kunci
keberhasilan seorang pemimpin hanyalah menjaga kepercayaan para pengikut dan
mengunakan kekuasaan itu dengan sebenar-benarnya. Jadi hendaklah kita yang merupakan calon-calon pemimpin ini menggunakan
hati, pikiran dan segala usaha untuk memajukan apa yang kita pimpin dan bukan
untuk kepentingan pribadi semata.
DAFTAR PUSTAKA
Pudjo
Sumedi,(2010). Organisasi dan Kepemimpinan, Jakarta, Uhamka Press.
Ardana,
Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rivai,
Veithzal, 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
http://tugasku-4u.blogspot.com/2013/06/makalah-kepemimpinan.html
http://newmasgun.blogspot.com/2010/11/manajemen-konflik-dan-kerjasama-tim.html?m=1